Bank BRI

Bank Rakyat Indonesia atau lebih akrab disebut Bank BRI (BBRI) merupakan bank terbesar kedua di Indonesia pada saat ini jika dilihat dari ukuran asetnya. Posisi tersebut baru saja diperoleh pada 1Q10 kemarin. Pada akhir 2009 lalu, BRI masih merupakan bank terbesar ketiga di Indonesia setelah Bank Mandiri dan BCA. Memangnya kinerja BRI pada 1Q10 ini sangat baik? Sangat baik sih nggak, tapi bisa disebut cukup baik. Mari kita cek.

Harga saham BBRI termasuk salah satu yang tidak terlalu dipengaruhi oleh koreksi IHSG sepanjang bulan Mei ini. Harga terakhir ketika artikel ini ditulis adalah 8,100, sementara posisi tertinggi BBRI pada 30 April kemarin adalah 8,950. Itu berarti BBRI hanya terkoreksi 9.5% sepanjang bulan Mei ini. Kalau melihat pola pergerakan sahamnya, koreksi sebesar angka tersebut masih wajar secara teknikal, jadi bagi anda yang kebetulan sedang memegang BBRI maka tidak perlu terlalu khawatir.

Sekarang kita cek fundamentalnya.

Kinerja BBRI pada pada 1Q10 memang telah terimprovisasi dengan cukup baik. Secara simpel, hal itu tampak dari posisi rasio kecukupan modalnya (CAR) yang naik 3.6% dari 14.91% ke 15.44%. Manajemen BBRI kini tidak perlu pusing terhadap ketentuan pemerintah mengenai batas minimum CAR yang baru, dari tadinya 8% menjadi 11%. Sekedar informasi, beberapa bank memang bermasalah dengan CAR ini. Beberapa hari yang lalu BI menyebutkan bahwa masih ada 9 bank yang posisi CAR terakhirnya dibawah 12%, sehingga rentan likuidasi.


Kenaikan CAR tersebut diperoleh dari kenaikan ekuitas dan kewajiban yang berimbang. Ekuitas BBRI naik 25.1%, sementara kewajibannya naik sedikit lebih kecil yaitu 21.1%. Pendapatan BBRI naik 13.6% dan laba bersihnya naik 25.1%. Salah satu kunci sukses dari peningkatan kinerja tersebut adalah efisiensi beban dan pengeluaran. Biaya untuk membayar tenaga kerja hanya naik 1.9% dalam setahun dari 1Q09 ke 1Q10. Angka ini termasuk luar biasa, sebab kalau di bank lain pengeluaran untuk biaya karyawan senantiasa naik cukup besar dari tahun ke tahun. Contohnya Bank Mandiri, pengeluaran untuk biaya karyawannya naik 17.0%. Kok BRI bisa seirit itu? Ternyata karena sebagian besar atau sekitar 80% tenaga kerja di Bank BRI adalah tenaga kerja outsourcing. Meski cara ini tentunya tidak adil bagi para karyawan yang bekerja disana, namun ini terbukti efektif untuk menekan pengeluaran dan alhasil, laba bersih perusahaan meningkat pesat.

BBRI termasuk emiten yang cukup sering ngasih jajan buat para investor dan pejabat-pejabatnya. Enam hari yang lalu, BBRI mengumumkan akan membagi dividen tunai sebesar 30% dari laba bersih perseoran pada FY2009, alias Rp 177.81 per lembar saham. Tidak terlalu besar memang. Yang besar adalah, BBRI juga membagikan uang saku Rp 84.8 milyar buat para direktur dan komisarisnya. Uang itu belum termasuk dividen dari sekian juta lembar saham yang mereka pegang.

Jadi meskipun Bank BRI ini katanya ‘Bank Rakyat’, namun kenyataannya BRI adalah salah satu bank paling kapitalis di Indonesia, dimana para petingginya dimanjakan namun disisi lain para karyawannya ditindas dan rakyat kecil yang minjem duit kesana dicekik dengan bunga tinggi (baca lagi artikel sebelumnya di http://teguhidx.blogspot.com/2010/05/bank-mandiri-bri-dan-bca.html). Tapi pada akhirnya harus diakui bahwa BBRI memiliki fundamental yang sangat baik, meskipun caranya seperti itu.

Pada harga 8,100, BBRI memiliki PER 11.5 kali, dan market cap 3.3 kali ekuitasnya. Terbilang murah jika dibandingkan dengan dua bank besar lainnya, BBCA dan BMRI. Namun tampaknya hal itu tidak terlalu penting, sebab fluktuasi pergerakan saham BBRI sangat tinggi dan likuiditasnya juga bagus, sehingga BBRI ini lebih menarik untuk dianalisis dalam jangka pendek secara teknikal. BBRI ini cocok bagi anda yang suka main jangka pendek. Disisi lain karena fundamentalnya bagus, maka anda tidak perlu khawatir kalau BBRI ini bakal jeblok terlalu dalam. Setiap kali BBRI ini turun secara drastis, biasanya tak lama kemudian akan kembali naik dengan tidak kalah drastisnya.

Lalu bagaimana peluang kenaikan harga saham BBRI kedepannya?

Pada harga 8,100, BBRI secara teknis memang punya peluang cukup besar untuk menguat. Tapi dalam situasi market yang masih belum pulih benar seperti sekarang, mungkin sebaiknya anda jangan terburu-buru untuk masuk. BBRI kedepannya mungkin akan turun sedikit ke 7,800 – 8,000, sebelum kemudian baru akan naik ke 8,500-an pada awal Juni nanti. Sebab, beredar kabar bahwa akuisisi BBRI terhadap Bank Agro (AGRO) akan diselesaikan Juni nanti.

Rating kinerja pada 1Q10: AAA
Rating saham pada 8,100: A

Komentar

Sebut Saja Aku mengatakan…
menyedihkan....seperti yang anda katakan mas teguh...bank rakyat kok seperti itu ya kebijakannya...???...gak memihak rakyat kecil sama sekali....

jadi ingat guyonan...apa beda kapitalis dan sosialis...???...kalo kapitalis itu suatu sistem dimana manusia yg satu bisa mencekik manusia lainnya....

sedang sosialis adalah sebaliknya....!
GunawanWibisono mengatakan…
Met pagi pak Teguh, makasih untuk ulasan BBRI-nya. Sangat lengkap dan bermanfaat.
Pak, saya sedang mempelajari PER dan PBV. Karena saya belajar secara 'Mandiri' maka saya agak kebingungan untuk kegunaan dari 2 rasio ini.
Mohon perkenannya, untuk memberikan ulasan singkat tentang 2 rasio ini.
Makasih

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?