Bank Mandiri, BRI, dan BCA
Indonesia memiliki sekitar seratusan bank umum, bank pemerintah, cabang bank asing dan bank swasta (belum termasuk bank pembangunan daerah, bank perkreditan rakyat, dan bank-bank khusus), namun hanya 27 yang terdaftar di IDX, termasuk juga Bank Mutiara (eks Bank Century). Dari sekian banyak bank tersebut, hanya tiga bank yang ukurannya benar-benar besar. Mereka adalah Bank Central Asia atau BCA, Bank Mandiri, dan Bank Rakyat Indonesia atau BRI. BI alias Bank Indonesia jangan dihitung, itu sih bank sentral. Nah, bagaimana profil kinerja terakhir tiga bank elit ini, dan juga bagaimana perbandingan harga sahamnya?
Jika dilihat dari ukuran aset terakhirnya pada Q1/10, BBCA dengan aset Rp 282.8 trilyun merupakan bank terbesar ketiga di Indonesia setelah Bank Mandiri (366.5 T) dan Bank BRI (303.6 T). Tapi kalau dilihat dari nilai jualnya di market, BBCA adalah bank terbesar di Indonesia dengan market cap 127.0 trilyun (berdasarkan posisi harga terakhir Rp 5,150 per saham), sementara Bank Mandiri dan Bank BRI masing-masing cuma 109.0 dan 101.7 trilyun. Artinya? Harga BBCA saat ini bisa dikatakan agak terlalu mahal, sebab disisi lain peningkatan kinerjanya adalah yang terendah dibanding dua bank lainnya. Pada Q1/10 lalu, laba bersih BBCA hanya naik 18.3%, sementara BBRI naik 25.1%, dan BMRI naik 43.1%. Dilihat dari nilai PER-nya pun, BBCA adalah yang tertinggi dengan annualized PER 16.3 kali, sementara BMRI dan BBRI cuma 13.6 dan 11.7 kali.
Meski demikian, secara teknis justru BBCA-lah yang peluangnya paling besar untuk menguat dalam waktu dekat ini. Sepanjang 2010, BMRI sudah naik lebih dari 20%, BBRI naiknya 18%, sementara BBCA baru 13%.
BBRI adalah yang performanya paling bagus dalam setahun terakhir. Beberapa waktu lalu, ukuran aset BBRI adalah nomer tiga dibelakang BMRI, dan BBCA, namun kali ini bank yang sebenarnya gak begitu pantas disebut ‘Bank Rakyat’ karena bunga pinjamannya yang kelewat tinggi ini, mampu menggeser posisi BBCA sebagai bank terbesar kedua di Indonesia. Pertumbuhan kinerjanya dalam setahun terakhir, baik neraca maupun laporan laba ruginya, adalah yang paling menjanjikan dibanding dua bank lainnya. Dan jika dilihat dari valuasi sahamnya secara fundamental (lihat lagi penjelasannya diatas), harga BBRI saat ini tergolong murah.
Namun, pergerakan saham ketiga bank top ini tidak melulu dipengaruhi oleh faktor teknis maupun fundamental, namun juga oleh press release yang mereka lakukan. Tiga bank ini termasuk rajin mengeluarkan pengumuman yang bisa mem-boost harga saham mereka, seperti akuisisi, dividen, target pencapaian market cap, target pendapatan, ekspansi usaha, dll.
Kabar terbaru, BBCA akan membagikan dividen sebesar Rp 110 per saham yang diambil dari laba bersih tahun 2009 lalu. Saya kira inilah yang membuat harga saham BBCA relatif agak mahal, sebab sebagai bank swasta (BBRI dan BMRI adalah bank pemerintah), metode pembagian dividen yang mereka lakukan setiap tahun cukup jelas dan bisa dikatakan memihak investor, sehingga investor suka naro duit mereka disitu. Sementara BBRI dan BMRI, sistem pembagian dividen mereka agak rumit karena melibatkan pemerintah, termasuk kadang-kadang DPR.
Porsi kepemilikan publik di BBCA adalah yang terbesar dibanding dua bank lainnya, sehingga sahamnya lebih likuid. Pemegang saham mayoritas BBCA adalah masyarakat sebesar 49.91%, disusul dua bersaudara pemilik Grup Djarum, Budi & Bambang Hartono sebesar 47.15%, dan Anthony Salim 1.76%. Pemegang saham mayoritas BMRI dan BBRI? Pemerintah sebesar masing-masing 66.76% dan 56.77%.
Sementara kabar terakhir dari BMRI masih seputar right issue yang akan mereka lakukan. Kalau BBRI, adalah soal bahwa mereka masih menunjukkan sikapnya sebagai ‘Bank Rakyat’ dengan mengucurkan KUR atau Kredit Usaha Rakyat sebesar 13.7 trilyun.
Oh ya, saya sempat bilang bahwa BRI sebenarnya gak pantes disebut sebagai ‘Bank Rakyat’, kenapa? Karena BRI ini kerjaannya justru mencekik rakyat. BRI membebankan bunga pinjaman sebesar rata-rata 16.37% per tahun pada setiap orang yang datang untuk meminjam uang, jadi wajar saja jika pendapatannya besar. Bandingkan dengan Bank Mandiri sebesar 12.19%, dan Bank BCA yang hanya 11.27%. Sayangnya rakyat kecil kalau nyari pinjaman untuk modal usaha, datangnya ya ke BRI, karena sepertinya hanya mereka yang menyediakan fasilitas pinjaman untuk usaha mikro. Sedangkan Bank Mandiri dan BCA cuma mau ngasih pinjaman ke nasabah kakap.
Mungkin BRI sebaiknya mengubah namanya menjadi 'Bank Rentenir Indonesia'.
Jika dilihat dari ukuran aset terakhirnya pada Q1/10, BBCA dengan aset Rp 282.8 trilyun merupakan bank terbesar ketiga di Indonesia setelah Bank Mandiri (366.5 T) dan Bank BRI (303.6 T). Tapi kalau dilihat dari nilai jualnya di market, BBCA adalah bank terbesar di Indonesia dengan market cap 127.0 trilyun (berdasarkan posisi harga terakhir Rp 5,150 per saham), sementara Bank Mandiri dan Bank BRI masing-masing cuma 109.0 dan 101.7 trilyun. Artinya? Harga BBCA saat ini bisa dikatakan agak terlalu mahal, sebab disisi lain peningkatan kinerjanya adalah yang terendah dibanding dua bank lainnya. Pada Q1/10 lalu, laba bersih BBCA hanya naik 18.3%, sementara BBRI naik 25.1%, dan BMRI naik 43.1%. Dilihat dari nilai PER-nya pun, BBCA adalah yang tertinggi dengan annualized PER 16.3 kali, sementara BMRI dan BBRI cuma 13.6 dan 11.7 kali.
Meski demikian, secara teknis justru BBCA-lah yang peluangnya paling besar untuk menguat dalam waktu dekat ini. Sepanjang 2010, BMRI sudah naik lebih dari 20%, BBRI naiknya 18%, sementara BBCA baru 13%.
BBRI adalah yang performanya paling bagus dalam setahun terakhir. Beberapa waktu lalu, ukuran aset BBRI adalah nomer tiga dibelakang BMRI, dan BBCA, namun kali ini bank yang sebenarnya gak begitu pantas disebut ‘Bank Rakyat’ karena bunga pinjamannya yang kelewat tinggi ini, mampu menggeser posisi BBCA sebagai bank terbesar kedua di Indonesia. Pertumbuhan kinerjanya dalam setahun terakhir, baik neraca maupun laporan laba ruginya, adalah yang paling menjanjikan dibanding dua bank lainnya. Dan jika dilihat dari valuasi sahamnya secara fundamental (lihat lagi penjelasannya diatas), harga BBRI saat ini tergolong murah.
Namun, pergerakan saham ketiga bank top ini tidak melulu dipengaruhi oleh faktor teknis maupun fundamental, namun juga oleh press release yang mereka lakukan. Tiga bank ini termasuk rajin mengeluarkan pengumuman yang bisa mem-boost harga saham mereka, seperti akuisisi, dividen, target pencapaian market cap, target pendapatan, ekspansi usaha, dll.
Kabar terbaru, BBCA akan membagikan dividen sebesar Rp 110 per saham yang diambil dari laba bersih tahun 2009 lalu. Saya kira inilah yang membuat harga saham BBCA relatif agak mahal, sebab sebagai bank swasta (BBRI dan BMRI adalah bank pemerintah), metode pembagian dividen yang mereka lakukan setiap tahun cukup jelas dan bisa dikatakan memihak investor, sehingga investor suka naro duit mereka disitu. Sementara BBRI dan BMRI, sistem pembagian dividen mereka agak rumit karena melibatkan pemerintah, termasuk kadang-kadang DPR.
Porsi kepemilikan publik di BBCA adalah yang terbesar dibanding dua bank lainnya, sehingga sahamnya lebih likuid. Pemegang saham mayoritas BBCA adalah masyarakat sebesar 49.91%, disusul dua bersaudara pemilik Grup Djarum, Budi & Bambang Hartono sebesar 47.15%, dan Anthony Salim 1.76%. Pemegang saham mayoritas BMRI dan BBRI? Pemerintah sebesar masing-masing 66.76% dan 56.77%.
Sementara kabar terakhir dari BMRI masih seputar right issue yang akan mereka lakukan. Kalau BBRI, adalah soal bahwa mereka masih menunjukkan sikapnya sebagai ‘Bank Rakyat’ dengan mengucurkan KUR atau Kredit Usaha Rakyat sebesar 13.7 trilyun.
Oh ya, saya sempat bilang bahwa BRI sebenarnya gak pantes disebut sebagai ‘Bank Rakyat’, kenapa? Karena BRI ini kerjaannya justru mencekik rakyat. BRI membebankan bunga pinjaman sebesar rata-rata 16.37% per tahun pada setiap orang yang datang untuk meminjam uang, jadi wajar saja jika pendapatannya besar. Bandingkan dengan Bank Mandiri sebesar 12.19%, dan Bank BCA yang hanya 11.27%. Sayangnya rakyat kecil kalau nyari pinjaman untuk modal usaha, datangnya ya ke BRI, karena sepertinya hanya mereka yang menyediakan fasilitas pinjaman untuk usaha mikro. Sedangkan Bank Mandiri dan BCA cuma mau ngasih pinjaman ke nasabah kakap.
Mungkin BRI sebaiknya mengubah namanya menjadi 'Bank Rentenir Indonesia'.
Komentar
inget mandiri sebesar itu karena gabungan 4 bank yang dulu sakit.. BRI hanya 1 bank "ndeso" yang kekayaannya hampir sama dengan gabungan 4 bank pesakitan itu...
biarkan waktu berlalu dan kita lihat apa pasar berbelok arah...
hr ini ada BI klrkan aturan batas maksimal kepemilikan bank,
sdgkan sy liat bbrp bank spti BBCA, DBS Danamon, SDRA, dll, kepemelikan teratas menyalahi aturan baru ini,
Bagaimana pak Teguh melihat ini, dn pengaruh ke hrg saham nya gmn?
Mohon pencerahannya Pak Teguh.
Trims
+Eddy