AKR Corporindo
Kita mengenal AKR Corporindo (AKRA) sebagai perusahaan pengecer bahan bakar minyak (BBM). Namun sebenarnya lingkup usaha AKRA jauh lebih luas daripada sekedar jualan BBM. AKRA bergerak di perdagangan umum, industri kimia, logistik, pengoperasian pelabuhan, dan manufaktur. Beberapa anak usahanya, misalnya Sorini Agro Asia Tbk (SOBI), merupakan produsen sorbitol dan tepung tapioka. AKRA menjadi tenar setelah menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang membangun terminal tanki BBM di Tanjung Priok, Jakarta. Biasanya kan cuma Pertamina yang bisa bikin terminal seperti itu.
AKRA mencatat kenaikan laba bersih 60.7% pada Q1/10. Pada harga saat ini 1,020, PER-nya 13.5 kali, namun angka ini tidak berarti apa-apa (tidak bisa menyimpulkan apakah AKRA murah atau mahal), sebab tidak ada perbandingannya. AKRA bergerak di multi sektor sehingga sulit untuk membandingkan kinerjanya dengan perusahaan lain yang bergerak di sektor yang sama. Selain itu, AKRA juga bukan termasuk emiten blu chip sehingga nggak bisa dibandingkan dengan para anggota elit IDX.
Tapi kalau dilihat dari market cap-nya yang 3.8 trilyun, tampak murah karena itu berarti nilai jual AKRA hanya 0.6 kali nilai asetnya, dan hanya 1.7 kali nilai ekuitasnya. Tapi mengingat margin laba bersih AKRA terhadap aset dan ekuitasnya kecil, maka market cap tersebut sebenarnya tidak semurah itu. Untuk sebuah perusahaan dengan aset 6.3 trilyun, laba bersih 280 milyar (setelah di-annualized-kan) rasa-rasanya agak terlalu kecil. Jadi secara fundamental, harga AKRA saat ini adalah wajar.
Secara teknis, harga AKRA saat ini adalah juga wajar, sehingga peluang kedepannya adalah stagnan. Kemungkinan besar, setiap kenaikan yang terjadi akan diimbangi dengan penurunan dengan persentase yang setara.
Sebenarnya, harga AKRA lebih dikendalikan oleh aksi dari para pemilik saham mayoritasnya daripada oleh faktor-faktor analisis. Misalnya pada awal februari 2010 lalu pemilik mayoritas AKRA, Arthakencana Rayatama, menjual 13.38% sahamnya pada harga Rp 1,055 per saham. Akibatnya, AKRA yang sempat kokoh di posisi 1,310 langsung terjun bebas hingga 1,010. Meski memang, harga 1,310 itu sudah kemahalan (hasil gorengan menjelang right issue. Biasanya menjelang right issue maka saham sebuah emiten akan dikerek naik, karena akan drop setelah right issue tersebut dilaksanakan). Informasi terakhir, salah satu direktur utama AKRA Bambang Soetiono, melepas satu juta lembar sahamnya pada tanggal 26 April, pada harga Rp 1,040 per saham. Selama dua hari berikutnya, AKRA turun dari 1,040 menjadi 1,000.
Kalau misalnya ada informasi bahwa saham AKRA diborong entah oleh siapa, maka AKRA akan naik. Pergerakan AKRA selama setahun terakhir hampir selalu seperti itu. So, untuk menentukan posisi buy, hold dan sell yang tepat di saham model AKRA ini, anda harus keep update terhadap perkembangan berita terbarunya. AKRA cocok bagi anda yang doyan spekulasi jangka pendek, tapi tidak cocok buat anda yang suka long term.
AKRA mencatat kenaikan laba bersih 60.7% pada Q1/10. Pada harga saat ini 1,020, PER-nya 13.5 kali, namun angka ini tidak berarti apa-apa (tidak bisa menyimpulkan apakah AKRA murah atau mahal), sebab tidak ada perbandingannya. AKRA bergerak di multi sektor sehingga sulit untuk membandingkan kinerjanya dengan perusahaan lain yang bergerak di sektor yang sama. Selain itu, AKRA juga bukan termasuk emiten blu chip sehingga nggak bisa dibandingkan dengan para anggota elit IDX.
Tapi kalau dilihat dari market cap-nya yang 3.8 trilyun, tampak murah karena itu berarti nilai jual AKRA hanya 0.6 kali nilai asetnya, dan hanya 1.7 kali nilai ekuitasnya. Tapi mengingat margin laba bersih AKRA terhadap aset dan ekuitasnya kecil, maka market cap tersebut sebenarnya tidak semurah itu. Untuk sebuah perusahaan dengan aset 6.3 trilyun, laba bersih 280 milyar (setelah di-annualized-kan) rasa-rasanya agak terlalu kecil. Jadi secara fundamental, harga AKRA saat ini adalah wajar.
Secara teknis, harga AKRA saat ini adalah juga wajar, sehingga peluang kedepannya adalah stagnan. Kemungkinan besar, setiap kenaikan yang terjadi akan diimbangi dengan penurunan dengan persentase yang setara.
Sebenarnya, harga AKRA lebih dikendalikan oleh aksi dari para pemilik saham mayoritasnya daripada oleh faktor-faktor analisis. Misalnya pada awal februari 2010 lalu pemilik mayoritas AKRA, Arthakencana Rayatama, menjual 13.38% sahamnya pada harga Rp 1,055 per saham. Akibatnya, AKRA yang sempat kokoh di posisi 1,310 langsung terjun bebas hingga 1,010. Meski memang, harga 1,310 itu sudah kemahalan (hasil gorengan menjelang right issue. Biasanya menjelang right issue maka saham sebuah emiten akan dikerek naik, karena akan drop setelah right issue tersebut dilaksanakan). Informasi terakhir, salah satu direktur utama AKRA Bambang Soetiono, melepas satu juta lembar sahamnya pada tanggal 26 April, pada harga Rp 1,040 per saham. Selama dua hari berikutnya, AKRA turun dari 1,040 menjadi 1,000.
Kalau misalnya ada informasi bahwa saham AKRA diborong entah oleh siapa, maka AKRA akan naik. Pergerakan AKRA selama setahun terakhir hampir selalu seperti itu. So, untuk menentukan posisi buy, hold dan sell yang tepat di saham model AKRA ini, anda harus keep update terhadap perkembangan berita terbarunya. AKRA cocok bagi anda yang doyan spekulasi jangka pendek, tapi tidak cocok buat anda yang suka long term.
Komentar