Peluang Investasi di Sektor Kabel
Tak terasa sekarang
sudah di penghujung Oktober, dan itu artinya sudah waktunya bagi investor untuk
mengecek kembali kinerja keuangan terbaru dari para emiten, dan juga mencari
‘mutiara terpendam’ alias saham-saham berfundamental bagus yang valuasinya masih
murah. Nah, di artikel kali ini kita akan membahas salah satu ‘saham mutiara’
tersebut, dimana saham ini sejatinya sudah penulis discover sejak
beberapa waktu lalu, dan untungnya sejauh ini kinerja fundamentalnya terbilang
sangat memuaskan.
Saham tersebut adalah KMI Wire & Cable (KBLI). KBLI adalah
perusahaan produsen kabel yang bermarkas di Cakung, Jakarta Timur, dan
merupakan salah satu perusahaan kabel tertua, terbesar, serta paling terkenal
di tanah air, sekaligus salah satu pemasok kabel utama untuk PLN. Penulis
pertama kali memperhatikan KBLI ini pada tahun 2013 lalu, tepatnya di bulan
April, dimana ketika itu sedang booming cerita ‘pembangunan infrastruktur’
(yang kurang lebih sama booming-nya seperti cerita tax amnesty beberapa waktu
lalu), yang menyebabkan kenaikan yang luar biasa pada saham-saham
infrastruktur, terutama konstruksi. Dan karena salah satu cerita infra tersebut
adalah terkait megaproyek pembangunan pembangkit listrik 10,000 MW (yang blueprint-nya
sudah diluncurkan sejak tahun 2011), maka beberapa orang ketika itu mulai
berspekulasi: Harusnya saham-saham kabel bakalan ikut naik dong? Sementara
diantara saham-saham kabel yang ada di BEI, yang fundamentalnya paling bagus
(sekaligus sahamnya paling likuid) ya KBLI ini. Namun setelah penulis cek lagi,
industri kabel, meski sekilas tampak prospektif karena adanya proyek 10,000 MW
tadi, namun risikonya juga sangat besar terutama terkait fluktuasi harga bahan
baku logam tembaga yang harus diimpor dari luar negeri, dan itu artinya laba
bersih KBLI juga rentan terhadap perubahan kurs Rupiah. Anda bisa baca lagi analisisnya
disini.
Sayangnya memasuki
paruh kedua tahun 2013, Rupiah ternyata beneran melemah hingga ditutup di level
Rp11,000-an per US Dollar, dan terus saja melemah hingga hampir saja mencapai
Rp15,000 pada Agustus 2015 lalu. Jadi ya sudah, penulis kemudian melupakan KBLI
ini, dimana sahamnya sendiri memang jeblok dari 290 – 300 hingga sempat dibawah
100 pada pertengahan tahun 2015.
Untungnya memasuki
tahun 2016, kondisi ekonomi perlahan tapi pasti mulai pulih, Rupiah kembali
menguat untuk kemudian stabil di level Rp12,500 – 13,000 per USD, dan KBLI
kembali membukukan kenaikan laba. Karena itulah penulis sendiri sejak beberapa
bulan lalu mulai kembali mengamati KBLI ini (sahamnya juga masuk ke daftar 30
saham yang dibahas di Ebook Kuartal
II 2016), dimana penulis baru ‘sadar’ dengan KBLI ini ketika dia sudah berada
di level 270-an (sudah naik banyak dari posisi 120 di awal tahun), tapi bahkan
sekarang dia sudah naik lebih tinggi lagi ke level 320-an.
Pertanyaannya tentu,
apakah kenaikan KBLI tersebut akan berlanjut? Well, mari kita cek KBLI ini dari
sisi perusahaannya dulu. Pertama, KBLI sukses membukukan kenaikan laba pada
tahun 2015 meski kurs Rupiah ketika itu sedang rendah-rendahnya, karena
pendapatan perusahaan memang meningkat cukup tajam menjadi Rp2.7 trilyun (dari
sebelumnya Rp2.4 trilyun di tahun 2014) seiring dengan dipercepatnya proyek
pembangunan listrik oleh PLN (dibawah pemerintahan/presiden baru yang dilantik
tahun 2014, semua proyek infrastruktur dipercepat pengerjaannya, termasuk
proyek 10,000 MW milik PLN dkk). Kedua, tidak hanya dipercepat, proyek 10,000
MW tersebut bahkan ditingkatkan menjadi 35,000 MW, sehingga praktis omzet KBLI
akan semakin bertambah. Dan ketiga, hingga saat ini KBLI memproduksi kabel
tegangan rendah, kabel tegangan menengah, kabel telepon, serta kawat alumunium
dan tembaga untuk bahan baku pembuatan kabel itu sendiri.
Namun sejak tahun 2013
kemarin KBLI sudah punya rencana untuk memproduksi varian produk baru yakni kabel tegangan tinggi, untuk mensuplai
kebutuhan pembangunan jaringan listrik milik PLN. Untuk diketahui, kabel
tegangan rendah adalah untuk kabel listrik yang ada di rumah-rumah atau gedung,
kabel tegangan menengah adalah untuk gardu/tiang listrik di jalan raya atau
perumahan, sementara kabel tegangan tinggi adalah untuk gardu listrik yang
lebih besar, yang menyalurkan listrik dari pusat daya ke satu wilayah tertentu,
misalnya perkotaan (sebenarnya masih ada satu macam kabel lagi yakni kabel
tegangan ekstra tinggi, yang dipakai untuk sutet atau menara transmisi listrik
yang gede banget itu, tapi KBLI tidak memproduksi kabel tegangan ekstra tinggi
tersebut).
Okay, lalu bagaimana
realisasi dari rencana diatas? Ini dia: Pada tahun 2015 kemarin perusahaan mulai
membeli mesin-mesin untuk membuat kabel tegangan tinggi, dimana jika
progress-nya lancar maka pada tahun 2016 – 2017 mendatang KBLI akan sudah mampu
memproduksi kabel tegangan tinggi tersebut, dan praktis itu akan kembali
meningkatkan pendapatan perusahaan.
Jadi yah, kalau bicara
prospek maka KBLI ini menawarkan prospek jangka panjang yang sangat menarik,
terutama karena manajemen perusahaan merupakan tipe tradisional yang hanya
membuat kabel kemudian dijual, dan tidak pernah mengambil banyak utang. Karena
ke-tradisional-annya tersebut, KBLI selama ini hanya tumbuh secara moderat,
dimana nilai ekuitasnya hanya naik dari Rp720 milyar di tahun 2011 menjadi Rp1
trilyun pada 2015, sehingga growth rate-nya hanya 9.2% per tahun. Namun
sepertinya mulai tahun 2016 ini dan seterusnya, perusahaan sedang dalam
momentum untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya. Selain akan memproduksi kabel
tegangan tinggi, KBLI juga tengah meningkatkan volume produksi kabel tegangan
rendah hingga 50% mulai tahun 2016 ini, sesuai dengan peningkatan permintaan
dari PLN.
Lalu bagaimana dengan
kinerja terbaru perusahaan? Here we go: KBLI membukukan laba bersih Rp228
milyar hingga Kuartal III 2016, yang mencerminkan annualized ROE 24.8%,
atau terbilang sangat bagus untuk ukuran saham second liner. Ekuitas KBLI
sendiri sudah tumbuh 19.5% sepanjang sembilan bulan pertama 2016, atau sudah lebih cepat dari biasanya,
padahal perusahaan masih belum memproduksi kabel tegangan tinggi yang disebut
diatas (sebenarnya sudah, tapi baru sebatas kabel tegangan tinggi untuk
instalasi bawah tanah). Kalau melihat track recordnya dimasa lalu yang
sebenarnya cukup stabil, dimana perolehan laba KBLI hanya turun pada tahun 2013
dan 2014 karena melemahnya Rupiah namun sejatinya pendapatannya masih naik,
maka penulis optimis KBLI akan mampu mempertahankan kinerja apiknya hingga akhir
tahun 2016 ini, dan demikian pula di tahun-tahun berikutnya pendapatan
perusahaan akan naik terus, karena proyek pembangunan pembangkit listrik 35,000
MW juga membutuhkan waktu yang cukup lama hingga tuntas, yakni direncanakan
hingga tahun 2019 (tapi pada realisasinya penulis kira bakal butuh waktu lebih
lama lagi, karena 35,000 MW itu gede banget lho).
Terakhir, sahamnya?
Well, meski sahamnya sudah naik banyak, namun pada harga 328 valuasi KBLI masih
rendah di PBV 1.1 kali dan PER 4.3 kali, dimana dengan
mempertimbangkan kinerja terbaru perusahaan serta prospek jangka panjangnya,
maka normalnya kenaikan tersebut akan berlanjut (meski sahamnya tidak akan naik
setiap hari, tentu saja), selain karena hingga saat ini volume transaksi KBLI
masih belum begitu likuid dan sahamnya juga belum diperhatikan oleh banyak
orang. Jika pada awal tahun 2017 nanti pasar kembali dipenuhi dengan cerita dan
sentimen positif terkait pembangunan infrastruktur dll (kalau akhir tahun
seperti sekarang pasar memang biasanya sepi dari sentimen-sentimen tertentu),
maka cerita soal 35,000 MW diatas akan kembali ramai dibicarakan, dan ketika
itulah KBLI mungkin akan benar-benar rally. We’ll see.
PT KMI Wire & Cable, Tbk (KBLI)
Rating Kinerja pada Q3
2016: AA
Rating Saham pada 328:
AA
Disclosure: Ketika artikel ini dipublikasikan, Avere sedang
dalam posisi memegang KBLI di average 290. Posisi ini bisa berubah setiap saat
tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Buletin Analisis IHSG & Stockpick Edisi
November 2016 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya
disini, gratis konsultasi/tanya jawab saham langsung dengan penulis untuk
member.
Penulis membuat buku kumpulan analisis saham-saham pilihan
berdasarkan kinerja perusahaan di Kuartal
III 2016. Anda bisa langsung memperolehnya
disini.
Komentar
Salam